Oleh : Daffa Tsabat (Meteorologi, 2023)
Editor : Mely Anggrini (Meteorologi, 2022)

MAJALAYA, meteo.itb.ac.id – Badan Semi Otonom Zephyrus HMME “Atmosphaira” Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar kegiatan lapangan bertajuk “Langkah Awal Penguatan Sistem Pemantauan Banjir” berupa survei lokasi pemasangan instrumen baru dan pemeliharaan instrumen pemantauan banjir, yang dilaksanakan di Kecamatan Majalaya dan Kecamatan Paseh, Kabupaten Bandung, pada Kamis (1/5/2025) dan Selasa (13/5/2025).
Survei Awal di Jl. Sanding, Kecamatan Paseh
Pada Kamis (1/5/2025), Tim Zephyrus melakukan survei awal di dua titik potensial pemasangan instrumen pemantauan banjir di Jl. Sanding, Kecamatan Paseh. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada masukan dari ketua RW setempat dan perwakilan komunitas siaga bencana, Jaga Balai. Titik pertama merupakan area rawan banjir yang sering dikeluhkan warga karena volume air yang cepat naik dan menyebabkan limpasan ke daerah bawah. Titik kedua direkomendasikan karena berada lebih ke hulu dari titik pertama. Harapannya dengan pemasangan instrumen di kedua titik ini, dapat memberikan peringatan lebih awal dan memberi waktu bagi warga untuk bersiap saat terjadi lonjakan debit air.
Namun, survei menghadapi tantangan berupa medan yang sulit dan status lahan sebagai properti pribadi, yang menyulitkan proses survei lanjutan. Meskipun demikian, tim memutuskan untuk tetap mempertimbangkan kedua titik tersebut sebagai lokasi potensial, sembari menunggu proses perizinan dari pemilik lahan.
Pemeliharaan Instrumen di Sungai Cibangoak dan Ciharus

Kegiatan berlanjut pada Selasa (13/5/2025), dengan fokus pada pemeliharaan instrumen Automatic Rainfall Recorder (ARR) dan Automatic Water Level Recorder (AWLR) di dua lokasi: Sungai Cibangoak dan Sungai Ciharus, Majalaya. Di Sungai Cibangoak, tim melakukan pembersihan panel surya, pengecekan tegangan, dan pemasangan voltmeter baru untuk memudahkan pemantauan daya listrik secara daring. Sementara itu, di Sungai Ciharus, tim menghadapi permasalahan pada solar panel yang tidak terhubung dengan baik, menyebabkan gangguan operasional alat. Perbaikan segera dilakukan, termasuk perapihan kabel dan pembersihan vegetasi sekitar panel untuk mengoptimalkan pencahayaan.
Seluruh rangkaian kegiatan ini menunjukkan pentingnya pendekatan teknologi dalam sistem pemantauan banjir. ARR dan AWLR yang digunakan merupakan instrumen utama, sementara penambahan voltmeter menjadi langkah inovatif dalam pemantauan kesehatan alat secara daring.

Bagian dari Divisi Teknologi Zephyrus, Febri, menjelaskan bahwa tantangan di lapangan tidak hanya bersifat teknis. Medan yang sulit, keterbatasan akses, serta faktor lingkungan seperti gangguan serangga menjadi pembelajaran penting bagi tim Zephyrus.
“Permasalahan alat ternyata sering berasal dari hal-hal sederhana, seperti gangguan semut. Ini menunjukkan pentingnya perhatian terhadap aspek lingkungan di sekitar instrumen,” jelas Febri.

Bagi tim Zephyrus, kegiatan ini menjadi lebih dari sekadar tugas teknis. Ini adalah langkah awal regenerasi dan pembelajaran kolektif. Banyak anggota baru dari Tim Zephyrus 2025 yang merasakan langsung dinamika lapangan, dari panas terik, medan sulit, hingga proses teknis dan komunikasi di lokasi.
“Capek, panas, tapi puas. Lewat kegiatan ini saya jadi lebih mengenal kondisi lokasi dan fungsionalitas alat secara langsung,” ujar Gery dari Divisi Operasional.
Diharapkan kegiatan ini menjadi pondasi kuat bagi pengembangan sistem pemantauan banjir Zephyrus ke depan lebih tangguh, inklusif, dan adaptif terhadap tantangan nyata di lapangan.