Zephyrus ITB Gelar Pelatihan Instrumen Z-ONA di Majalaya: Saatnya Warga Rakit Alat Pantau Sungai dan Penakar Hujan Sendiri

Oleh : Ferryal Sasmitha Larasati P N (Meteorologi, 2023)
Editor : Mely Anggrini (Meteorologi, 2022)

Peserta pelatihan mempraktikkan kalibrasi instrumen Zephyrus-Observasi Nadir Air  (Z-ONA) secara langsung di lapangan.

MAJALAYA, itb.ac.id – Dalam upaya mendorong kemandirian masyarakat dalam menghadapi bencana hidrometeorologi, Zephyrus—Badan Semi Otonom Himpunan Mahasiswa Meteorologi “Atmosphaira” ITB—menyelenggarakan rangkaian kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk survei dan pelatihan alat pemantauan sungai dan cuaca di Desa Talun, Kecamatan Majalaya, Kabupaten Bandung. Kegiatan berlangsung pada dua hari, yakni Sabtu, 24 Mei 2025 untuk survei lokasi dan Sabtu, 31 Mei 2025 untuk pelatihan perakitan instrumen.

Kegiatan ini mengusung semangat penyuluhan teknologi tepat guna dan edukasi kebencanaan, terutama dalam menghadapi risiko banjir di wilayah rawan seperti Majalaya. Dengan melakukan pendekatan yang ilmiah, aplikatif, dan partisipatif, kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan semangat masyarakat lokal terhadap bencana hidrometeorologi melalui pemanfaatan alat pemantauan yang dapat dirakit dan dirawat secara mandiri, berupa Z-ONA ( Zephyrus-Observasi Nadir Air ) yang terdiri atas AWLR (Automatic Water Level Recorder) dan ARR (Automatic Rainfall Recorder).

Rangkaian kegiatan dimulai pada 24 Mei 2025 dengan survei lokasi pemasangan alat oleh tim Zephyrus. Survei dilakukan untuk meninjau potensi lokasi pemasangan sensor, mencakup area sungai dan kolam di Kampung Talun. Penilaian mencakup aspek teknis, keamanan, dan kemudahan akses, dengan tujuan memastikan alat dapat berfungsi optimal serta mudah dikalibrasi oleh warga.

Proses perakitan alat Z-ONA (AWLR dan ARR) oleh peserta dari komunitas-komunitas kebencanaan

Dalam pelaksanaan kegiatannya sendiri, peserta dibagi menjadi tiga kelompok untuk merakit alat secara langsung. Prosesnya mencakup penyusunan panel box, sambungan kabel, pemrograman board mikrokontroler, hingga pemasangan komponen sensor.

Setelah itu, peserta menyambungkan alat ke laptop dan melakukan kalibrasi di kolam dengan mengukur jarak sensor ke dasar air menggunakan meteran. Nilai kalibrasi kemudian dimasukkan ke sistem agar hasil pembacaan menjadi akurat.

“Penting sekali untuk kalibrasi, karena kalau tidak, datanya bisa bias. Kita ingin data yang bisa dipercaya dan berguna,” jelas Emilio.

Di akhir kegiatan, peserta mendapatkan gambaran bagaimana data yang dikumpulkan dapat ditampilkan dalam bentuk visual grafis yang mudah dipahami. Harapannya, warga dan relawan dapat terus memantau kondisi lingkungan sekitar mereka, terutama dalam menghadapi musim hujan.

Foto bersama Tim Zephyrus bersama perwakilan komunitas kebencanaan peserta perakitan alat Z-ONA

Melalui kegiatan ini, Zephyrus berharap masyarakat tidak hanya menjadi penerima informasi, tetapi juga menjadi produsen data dan aktor utama dalam mitigasi risiko bencana. “Ketika sudah paham, harapannya peserta bisa menduplikasi dan menciptakan Z-ONA Z-ONA baru di lingkungan masing-masing, agar manfaatnya meluas,” ungkap Emilio selaku Ketua Divisi Research and Development.

Dengan kolaborasi antara mahasiswa, komunitas, dan warga, kegiatan ini menjadi bukti bahwa solusi berbasis teknologi tidak harus mahal dan rumit. Kemandirian dalam mitigasi bencana bisa dimulai dari tangan sendiri, dan dari desa seperti Talun, semangat tersebut bisa tumbuh untuk menginspirasi wilayah lain.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *