Pada Tanggal 28 September 2018, Prodi Meteorologi melangsungkan Kegiatan Sidang Akhir untuk Wisuda Periode Oktober 2018. Pada kegiatan tersebut sebanyak 14 orang mahasiswa Prodi Meteorologi dinyatakan Lulus dan diantaranya 4 orang Mahasiswa Lulus dengan Predikat Cumlaude.
Linear trends of (a) polar cold airmass amount below 280 K, (b) below 245 K, (c) negative heat content below 280 K, and (d) surface air temperature for the period 1959–2018. Stippling denotes regions in which trends are statistically significant at the 95% confidence level (Kanno et al., 2019).
Pemanasan global (global warming) biasanya ditunjukkan dengan parameter temperatur permukaan yang terus menaik. Indikator ini hanya valid untuk bagian atmosfer permukaan namun tidak bisa menggambarkan karakter vertikal atmosfer. Penelitian baru-baru ini yang diterbitkan di Environmental Research Letters mengusulkan indikator tambahan global warming yaitu massa udara yang dintegrasi sampai suatu level isentropik. Dengan menunjukkan pola tren massa udara dingin di Kutub Utara, indikator tersebut bisa menggambarkan dengan jelas pengurangan konsisten udara dingin yang drastis di wilayah Artik (Arctic Amplification).
Referensi:
Kanno, Y., J. E. Walsh, M. Rais Abdillah, J. Yamaguchi, T. Iwasaki, 2019: Indicators and trends of polar cold airmass. Environmental Research Letters.14. 025006. doi:10.1088/1748-9326/aaf42b. https://iopscience.iop.org/article/10.1088/1748-9326/aaf42b
Abstract.Trends and variations in the amount of cold airmass in the Arctic and the Northern Hemisphere are evaluated for the 60 year period, 1959–2018. The two indicators are (1) polar cold air mass (PCAM), which is the amount of air below a potential temperature threshold, and (2) negative heat content (NHC), which includes a weighting by coldness. Because the metrics of coldness are based on multiple layers in the atmosphere, they provide a more comprehensive framework for assessment of warming than is provided by surface air temperatures alone. The negative trends of PCAM and NHC are stronger (as a % per decade) when the threshold is 245 K rather than 280 K, indicating that the loss of extremely cold air is happening at a faster rate than the loss of moderately cold air. The loss of cold air has accelerated, as the most rapid loss of NHC has occurred in recent decades (1989–2018). The spatial patterns of the trends of PCAM and NHC provide another manifestation of Arctic amplification. Of the various teleconnection indices, the Atlantic Multidecadal Oscillation shows the strongest correlations with the spatially integrated metrics of moderate coldness. Several Pacific indices also correlate significantly with these indicators. However, the amount of extremely cold air mass does not correlate significantly with the indices of internal variability used here.
Puji syukur kepada Tuhan semesta alam acara konferensi internasional bertajuk “International Conference on Tropical Meteorology and Atmospheric Science (ICTMAS)” yang pertama ini berjalan dengan lancar dan sukses. Acara ini berlangsung selama 3 hari, 19-21 September 2018. Acara ini diorganisir oleh Pusat Sains dan Teknologi Atmosfer (PSTA) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) dan Departemen Meteorologi ITB. Dalam acara ini pidato pembukaan disampaikan oleh Kepala Lapan, Prof. Thomas Djamaluddin, sedangkan pidato sambutan disampaikan oleh Rektor ITB, Prof. Kadarsah Suryadi. Konferensi internasional diadakan selama 2 hari (19-20 September 2018) di Aula Barat dan Aula Timur Institut Teknologi Bandung. Sedangkan city tour dilaksanakan oada tanggal 21 September 2018. Untuk acara konferensi terdiri dari sesi pleno dan sesi paralel. Untuk sesi paralel terdapat dua jenis presentasi, yaitu presentasi oral dan poster. Dalam acara ini dihadiri oleh professor-professor serta peneliti-peneliti senior beserta peneliti-peneliti muda dari dalam dan luar negeri. Tujuan dari acara ini adalah berbagi pengetahuan terkini dan promosi penelitian-penelitian terkait ilmu dan teknologi dalam meteorologi tropis dan sains atmosfer.
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa acara symposium internasional ini berjalan dengan sukses. Acara ini diorganisir oleh Departemen Meteorologi ITB, Pusat Perubahan Iklim (PPI) ITB, dan Tokyo Institute of Technology melalui proyek S14.
Acara ini di adakan selama 3 hari pada tanggal 17-19 September 2018, dengan rincian kegiatan:
Simposium pada 17-18 September 2018 di gedung CRCS ITB, dan
Perjalan teknis (technical tour) di Green Building, Manggarai, Jakarta.
Acara simposium ini telah dihadiri oleh peneliti-peneliti, pemerintah, dan sector swasta khususnya dari Indonesia dan Jepang. Sub tema yang didiskusikan dalam acara ini terdiri dari:
Strategi mitigasi dan perencanaan masa depan (Mitigation strategy and future planning)
Iklim perkotaan dan keberlanjutan (Urban climate & sustainability)
Sistem energy perkotaan (Urban energy system)
Hidrologi perkotaan dan keberlanjutan (Urban hydrology and sustainability)
Kesehatan masyarakat dan strategi adaptasi (Human health and adaptation strategy)