Zhejiang University Summer School 2019

Penulis: Aulia Azura

Pada tanggal 07 juli hingga 14 juli 2019, Alhamdulillah saya mendapatkan
kesempatan untuk mengikuti program Zhejiang University Summer School 2019 di
Zhejiang University dengan tema Coastal Geology and Hazard. Jumlah mahasiswa
ITB yang mengikuti program ini sebanyak 18 peserta dengan spesifikiasi 10 orang
mahasiswa oseanografi, 7 orang mahasiswa teknik geologi, dan 1 orang mahasiswa
meteorologi. Saya sendiri berasal dari Prodi Meteorologi yang merupakan satusatunya mahasiswa dari prodi yang mengikuti program ini.
Sebenarnya program summer school ini merupakan kerjasama antara Fakultas Ilmu
dan Teknologi Kebumian ITB dengan Ocean College Zhejiang University. Untuk
tahun ini, diberikan kuota sebanyak 20 orang mahasiswa ITB untuk mengikuti
program tersebut, namun ada 2 orang mahasiswa yang mengundurkan diri
sehingga total peserta yang ikut menjadi 18 orang.
Program ini berlangsung selama 10 hari, dengan kegiatan berupa lectures di kelas,
laboratory visit ke zhairuoshan island, serta field trip ke beberapa tempat.

Pada tanggal 07 juli 2019 yakni hari pertama kegiatan, dilaksanakan beberapa
kuliah di teaching building 224 dengan 4 kali kuliah yang dibawakan oleh dosen dari
Zhejiang university dengan judul Scientific Ocean Drilling, Mysterious Marine
Creature, dan Physical Oceanography. Setelah itu break sejenak untuk makan siang
dan istirahat. Kemudian dilanjutkan lagi kuliah dengan tema An Antarctic
Expedition.
Pada malamnya, kami disambut dengan welcoming dinner dari pihak Zhejiang
University. Disini dilakukan penyerahan plakat dari pihak ITB ke ZJU serta foto
bersama.

Hari selanjutnya (tanggal 08 juli 2019) kami melakukan kunjungan ke pulau
Zhairuoshan. Sebagai informasi, pulau ini merupakan pulau yang dijadikan tempat
untuk riset dengan pemanfaatan energi yang berasal dari angin, arus tidal, serta
matahari. Kemudian energi tersebut akan digunakan untuk pemenuhan kebutuhan
listrik di kawasan pulau Zhairuoshan.

Salah satu fasilitas yang dimiliki oleh ZJU adalah alat berupa turbin elektro-hidrolik.
Turbin ini memanfaatkan arus laut untuk menghasilkan listrik yang akan disalurkan
ke kawasan pulau Zhairuoshan. China merupakan salah satu negara dengan
kepadatan energi laut terbesar di dunia sehingga memiliki potensi untuk
menghasilkan pembangkit listrik.

Hari ketiga (tanggal 09 Juli 2019). Sebenarnya di hari ketiga ini, kami akan
melakukan kunjungan ke Nandong Yigu dan museum budaya Zhoushan, namun
dikarenakan cuaca yang sedang tidak bersahabat, kegiatan direduksi sehingga kami
mengunjungi museum budaya Zhoushan saja. Di museum ini, diperlihatkan
bagaimana budaya dan tradisi masyarakat Zhoushan kuno, dari patung yang
diperlihatkan, cukup jelas bahwa masyarakat Zhoushan terkenal dengan budaya
melautnya. Foto di bawah memperlihatkan seorang bayi laki-laki yang tengah
melakukan sebuah ritual berkenalan dengan laut. Hal ini bertujuan untuk
membentuk mental pelaut pada diri sang bayi kelak ketika sudah dewasa.

Pada hari keempat (tanggal 10 juli 2019) dan hari kelima (tanggal 11 juli 2019) kami
melakukan field trip ke Rocky beach, Gravel Beach, dan Sandy Beach (Daqingshan)

Pada hari ke enam (tanggal 12 Juli 2019) kami melakukan perjalanan ke Hangzhou
sekaligus meninggalkan Zhejiang University kampus Zhoushan. Perjalanan ke sana
memerlukan waktu selama 4 jam, kami berangkat sekitar pukul 09.00 dan tiba di
Hangzhou sekitar pukul 13.00. Setelah check-in hotel, kamipun mengunjungi
Second Institute of Oceanography MNR. Tempat ini merupakan tempat riset dan
penelitian. Di sana kami dijelaskan beberapa alat riset seperti Argo (pendeteksi
profil laut seperti salinitas ,temperature, kedalmaan ,dll) yang diintegrasikan
dengan internet sehingga mendapatkan informasi yang dituangkan kedalam folder
ftp. Kemudian, juga terdapat mikroskop pendeteksi kandungan batuan, serta
penjelasan mengenai elnino di layar berbentuk globe, disajikan dalam bentuk yang
menarik

Hari selanjutnya yaitu hari terakhir, kami mengunjungi Zhejiang University kampus
Hangzhou. Di sana terdapat museum yang memperlihatkan sejarah berdirinya
Zhejiang University serta professor-profesor yang berpengaruh di universitas
tersebut. Terakhir, kami mengambil foto bersama sekaligus menutup rangkaian
program Summer School Zhejiang University 2019 ini.

Secara keseluruhan, program ini sangat menyenangkan karena mampu
memberikan insight pada saya sebagai mahasiswa Meteorologi tentang keilmuan
Sains kebumian lainnya khususnya Oseanografi dan Geologi serta mengenal
budaya-budaya, keunikan, dan mengambil hikmah dari negara tirai bambu ini.

Perwakilan Mahasiswa Meteorologi ITB mengikuti Lomba Presentasi Poster di Geosains Industrial Week 2019

Pada tanggal 24-26 April 2019, Tim SIRES yang terdiri dari Rafiq Naufal Shidiq, Muhammad Arif Setyo Aji (Meteorologi, 2016) dan Ahmad Mujaddid (Teknik Geologi, 2016) mengikuti lomba presentasi poster Geoscience Industrial Week 2019 (GIW 2019) di Kuala Lumpur, Malaysia, yang diselenggarakan oleh University of Malaya. Acara tersebut terdiri dari beberapa cabang lomba, diantaranya: Quake It Off, Geo Escape, Poster, Photography, Invent at Zero, dan Eco City: Design Your Future.
Dalam pelaksanaannya, GIW 2019 ini tidak hanya menyelenggarakan perlombaan saja, melainkan juga berisi acara-acara seperti sesi seminar, workshop, dan diskusi panel.Secara umum, tema yang dibawakan lebih banyak berkaitan dengan ilmu Geologi dan Geofisika Permukaan. Namun, karena ilmu Meteorologi termasuk dalam bagian dari ilmu Kebumian atau Geoscience, maka kami tetap bisa mengikuti serta mendapatkan wawasan yang berkaitan dengan keilmuan kami dari rangkaian acara tersebut.
Salah satu pembahasan yang cukup relevan dengan ilmu meteorologi adalah tantangan penggunaan energi di masa depan, yang diselenggarakan pada diskusi panel dengan judul The Future of Geoscience for Sustainable Development. Diskusi tersebut membahas mengenai energi terbarukan dan tak terbarukan serta hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs) yang dicanangkan oleh PBB. Dalam diskusi tersebut para panelis memaparkan bahwa dalam penggunaan energi terbarukan belum dapat 100% menggantikan energi tak terbarukan dikarenakan permintaan dan pemenuhan suplai energi yang masih tinggi dalam waktu dekat, sehingga produksi energi berbahan bakar fosil masih tetap dilakukan. Namun, penggunaan energi terbarukan juga tetap harus dikembangkan secara bersamaan karena lebih ramah lingkungan dan potensi energi ini yang selalu tersedia. Menurut salah satu panelis yang pernah bekerja di salah satu perusahaan energi terbesar di Malaysia yang produk utamanya adalah energi berbahan dasar fosil pun menyampaikan bahwa perusahaan tersebut sudah mulai mengembangkan energi terbarukan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, yakni energi angin dan matahari. Akan tetapi, perkembangannya tidak dapat terjadi secara instan, memerlukan proses yang cukup panjang. Diskusi panel ini membuat kami tergugah untuk memandang masa depan dengan optimis dari sudut pandang keilmuan yang kami pelajari saat ini. Sebab, bidang keilmuan Meteorologi memiliki hubungan dan potensi yang cukup besar untuk dapat berkontribusi dalam memberikan solusi dalam bidang energi terbarukan.

Terakhir, secara keseluruhan banyak manfaat yang kami peroleh dari acara GIW 2019 ini. Diantaranya adalah kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam kompetisi, berdiskusi, hingga menjalin relasi dengan mahasiswa-mahasiswi dari negara-negara lain dalam bidang ilmu kebumian. Selain itu, acara ini memungkinkan kami untuk mempelajari sedikit dari budaya di negara yang kami kunjungi, terkhusus dalam kehidupan kampus dan sistem belajar mengajar di tempat acara ini diselenggarakan. Sehingga dapat menambah ilmu, wawasan dan peluang berkolaborasi untuk bersama-sama menghadapi tantangan-tantangan global dalam bidang ilmu kebumian secara umum atau meteorologi secara khusus di masa yang akan datang.

MeTIME Jilid 2

 

Pada hari Jumat tanggal 23 Maret 2018 yang bertepatan dengan Hari Meteorologi Sedunia, Ikatan Alumni Meteorologi ITB, Program Studi Meteorologi ITB dan Himpunan Mahasiswa Meteorologi Atmosphaira ITB kembali mengadakan acara diskusi dan sharing santai meTIME yang kedua. Sama seperti meTIME Jilid 1, pada meTIME jilid 2 ini menghadirkan seorang pembicara yang memaparkan materinya kemudian diikuti dengan sesi tanya jawab.

Pada meTIME jilid 2 kali ini  kembali menghadirkan pembicara dari dosen prodi meteorologi yakni I Dewa Gede A. Junnaedhi, M.Si. Beliau membawakan materi yang bertemakan “truth, science, and love”. Inti dari materi yang dibawa ialah pengertian mendasar dari science, yang berarti ilmu pengetahuan yang didapatkan dari metode-metode ilmiah, lalu hakikat menjadi seorang sarjana dan sarjana sains, dan apa itu truth atau kebenaran.

Pesan singkat yang ingin disampaikan pada MeTIME jilid 2 ini kembali menyinggung soal etika, moral, kita sebagai akademisi terlebih lagi sebagai seorang sarjana meteorologi. Bagaimana seharusnya kita sebagai seorang sarjana meteorologi bersikap dan berbaur di masyarakat dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip saintifik sehingga mampu menjadi penerang di tengah-tengah masyarakat tempat kita berada.