Perwakilan Mahasiswa Meteorologi ITB mengikuti Lomba Presentasi Poster di Geosains Industrial Week 2019

Pada tanggal 24-26 April 2019, Tim SIRES yang terdiri dari Rafiq Naufal Shidiq, Muhammad Arif Setyo Aji (Meteorologi, 2016) dan Ahmad Mujaddid (Teknik Geologi, 2016) mengikuti lomba presentasi poster Geoscience Industrial Week 2019 (GIW 2019) di Kuala Lumpur, Malaysia, yang diselenggarakan oleh University of Malaya. Acara tersebut terdiri dari beberapa cabang lomba, diantaranya: Quake It Off, Geo Escape, Poster, Photography, Invent at Zero, dan Eco City: Design Your Future.
Dalam pelaksanaannya, GIW 2019 ini tidak hanya menyelenggarakan perlombaan saja, melainkan juga berisi acara-acara seperti sesi seminar, workshop, dan diskusi panel.Secara umum, tema yang dibawakan lebih banyak berkaitan dengan ilmu Geologi dan Geofisika Permukaan. Namun, karena ilmu Meteorologi termasuk dalam bagian dari ilmu Kebumian atau Geoscience, maka kami tetap bisa mengikuti serta mendapatkan wawasan yang berkaitan dengan keilmuan kami dari rangkaian acara tersebut.
Salah satu pembahasan yang cukup relevan dengan ilmu meteorologi adalah tantangan penggunaan energi di masa depan, yang diselenggarakan pada diskusi panel dengan judul The Future of Geoscience for Sustainable Development. Diskusi tersebut membahas mengenai energi terbarukan dan tak terbarukan serta hubungannya dengan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals, SDGs) yang dicanangkan oleh PBB. Dalam diskusi tersebut para panelis memaparkan bahwa dalam penggunaan energi terbarukan belum dapat 100% menggantikan energi tak terbarukan dikarenakan permintaan dan pemenuhan suplai energi yang masih tinggi dalam waktu dekat, sehingga produksi energi berbahan bakar fosil masih tetap dilakukan. Namun, penggunaan energi terbarukan juga tetap harus dikembangkan secara bersamaan karena lebih ramah lingkungan dan potensi energi ini yang selalu tersedia. Menurut salah satu panelis yang pernah bekerja di salah satu perusahaan energi terbesar di Malaysia yang produk utamanya adalah energi berbahan dasar fosil pun menyampaikan bahwa perusahaan tersebut sudah mulai mengembangkan energi terbarukan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, yakni energi angin dan matahari. Akan tetapi, perkembangannya tidak dapat terjadi secara instan, memerlukan proses yang cukup panjang. Diskusi panel ini membuat kami tergugah untuk memandang masa depan dengan optimis dari sudut pandang keilmuan yang kami pelajari saat ini. Sebab, bidang keilmuan Meteorologi memiliki hubungan dan potensi yang cukup besar untuk dapat berkontribusi dalam memberikan solusi dalam bidang energi terbarukan.

Terakhir, secara keseluruhan banyak manfaat yang kami peroleh dari acara GIW 2019 ini. Diantaranya adalah kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam kompetisi, berdiskusi, hingga menjalin relasi dengan mahasiswa-mahasiswi dari negara-negara lain dalam bidang ilmu kebumian. Selain itu, acara ini memungkinkan kami untuk mempelajari sedikit dari budaya di negara yang kami kunjungi, terkhusus dalam kehidupan kampus dan sistem belajar mengajar di tempat acara ini diselenggarakan. Sehingga dapat menambah ilmu, wawasan dan peluang berkolaborasi untuk bersama-sama menghadapi tantangan-tantangan global dalam bidang ilmu kebumian secara umum atau meteorologi secara khusus di masa yang akan datang.

MeTIME Jilid 2

 

Pada hari Jumat tanggal 23 Maret 2018 yang bertepatan dengan Hari Meteorologi Sedunia, Ikatan Alumni Meteorologi ITB, Program Studi Meteorologi ITB dan Himpunan Mahasiswa Meteorologi Atmosphaira ITB kembali mengadakan acara diskusi dan sharing santai meTIME yang kedua. Sama seperti meTIME Jilid 1, pada meTIME jilid 2 ini menghadirkan seorang pembicara yang memaparkan materinya kemudian diikuti dengan sesi tanya jawab.

Pada meTIME jilid 2 kali ini  kembali menghadirkan pembicara dari dosen prodi meteorologi yakni I Dewa Gede A. Junnaedhi, M.Si. Beliau membawakan materi yang bertemakan “truth, science, and love”. Inti dari materi yang dibawa ialah pengertian mendasar dari science, yang berarti ilmu pengetahuan yang didapatkan dari metode-metode ilmiah, lalu hakikat menjadi seorang sarjana dan sarjana sains, dan apa itu truth atau kebenaran.

Pesan singkat yang ingin disampaikan pada MeTIME jilid 2 ini kembali menyinggung soal etika, moral, kita sebagai akademisi terlebih lagi sebagai seorang sarjana meteorologi. Bagaimana seharusnya kita sebagai seorang sarjana meteorologi bersikap dan berbaur di masyarakat dengan mengaplikasikan prinsip-prinsip saintifik sehingga mampu menjadi penerang di tengah-tengah masyarakat tempat kita berada.

MeTIME Jilid 1

IMG20180202163444IMG20180202164122IMG-20180204-WA0005

 

Pada hari Jumat tanggal 2 Februari 2018, diadakan acara diskusi dan sharing santai dengan nama acara meTIME yang berarti meteorology time. Acara ini merupakan proker unggulan dari IA ME ITB untuk tahun 2018. Acara ini menghadirkan seorang pembicara kemudian dia akan mempresentasikan pengalamannya baik itu pengalaman kerja atau sekolah. Setelah itu acara akan dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.

Acara kemarin menghadirkan pembicara dari dosen prodi meteorologi yakni Dr. Rusmawan Suwarman. Beliau membawakan tema kearifan air. Pak Rusmawan menceritakan seputar pengalamannya menempuh sekolah Doktor di Kumamoto University, Jepang di jurusan Ilmu dan Teknologi Lingkungan. Dalam pemaparannya, ada quote dari Pak Rusmawan yang sangat bijak yakni “Hormatilah air karena bisa jadi ia lebih tua dari mu”.