Oleh : Daffa Tsabat (Meteorologi, 2023)
Editor : Daffa Tsabat (Meteorologi, 2023)

BANDUNG, meteo.itb.ac.id – Konsistensi dalam berinovasi dan kedisiplinan dalam mengelola waktu menjadi kunci keberhasilan Fikri Dwi Novianto, mahasiswa Program Studi Meteorologi ITB angkatan 2024, yang berhasil meraih tiga gelar juara nasional dalam waktu hanya tiga hari berturut-turut pada Kamis (28/08/20205), Jumat (29/08/2025), dan Sabtu (30/08/2025).
Dalam rentang waktu tersebut, Fikri memimpin tiga tim berbeda dan memperoleh:
- Juara 1 Lomba Esai Nasional di Universitas Tidar (UNTIDAR) Magelang,
- Juara Harapan 2 Lomba Esai FORMADIKSI di Universitas Negeri Malang (UM), dan
- Juara 2 Lomba Paper & Poster “Geology Total Action” (Tim Bara Bumi) oleh HMPG Pangea UPN “Veteran” Yogyakarta.
Konsistensi sebagai Fondasi Prestasi

Sejak masa SMA, Fikri telah aktif mengikuti berbagai kompetisi di bidang sains. Di tingkat perguruan tinggi, ia terus mempertahankan konsistensinya dengan mengikuti berbagai lomba esai dan karya tulis ilmiah, sekaligus mengasah kemampuan berpikir kritis dan presentasi. Baginya, prestasi bukan hasil dari satu kesempatan, tetapi dari proses panjang yang berulang.
“Saya percaya setiap lomba itu latihan untuk yang berikutnya. Bukan soal menang atau kalah, tapi bagaimana terus memperbaiki diri,” ungkapnya.
Fikri menjelaskan bahwa ketertarikannya mengikuti berbagai kompetisi berawal dari dorongan untuk mengubah sesuatu yang tampak tidak berguna menjadi bernilai. Salah satu ide yang lahir dari motivasi tersebut adalah Ecoforge-X, alat yang dirancang untuk mendeteksi dan memilah jenis-jenis sampah plastik seperti HDPE dan PPO. Gagasan tersebut menjadi contoh bagaimana Fikri memandang lomba bukan hanya sebagai ajang kompetisi, tetapi juga sebagai wadah untuk menuangkan ide yang berdampak bagi lingkungan.
Menjaga Irama di Tengah Padatnya Aktivitas
Menjalani tiga final di tiga kota berbeda dalam waktu singkat menjadi tantangan besar bagi Fikri. Perpindahan dari satu kota ke kota lain memerlukan kesiapan fisik, mental, dan waktu yang terencana. Namun, dengan disiplin yang tinggi, seluruh rangkaian kegiatan berhasil ia tuntaskan dengan hasil maksimal.
Untuk menjaga keseimbangan, ia menerapkan pembagian prioritas yang konsisten, yakni 50% untuk akademik, 25% untuk lomba, dan 25% untuk organisasi serta kegiatan pribadi. Prinsip ini membantunya mengelola waktu secara terukur dan tetap fokus pada target akademik.
Persiapan dan Evaluasi Sebagai Kunci
Fikri menekankan bahwa setiap kompetisi memerlukan persiapan yang matang. Ia selalu meninjau kembali isi ide, cara penyampaian, hingga aspek visual presentasi. Ia juga menggunakan teknik hook atau pembuka yang menarik untuk memikat perhatian juri, serta menyertakan analisis dan visualisasi alur kerja agar ide mudah dipahami. Selain itu, ia selalu melakukan evaluasi setelah setiap lomba. “Setiap kekalahan jadi bahan belajar. Saya selalu meninjau kembali apa yang kurang, lalu memperbaiki di kesempatan berikutnya,” ujarnya.
Fikri mengakui bahwa konsistensi bukan hal mudah. Tantangan terbesar justru muncul ketika ide mulai habis atau motivasi menurun. Namun semangat untuk terus berproses membuatnya mampu bertahan. “Kuncinya adalah niat dan keberanian untuk memulai. Kalau sudah melangkah, sisanya tinggal komitmen,” ujarnya.
Kisah Fikri Dwi Novianto menjadi contoh nyata bahwa konsistensi, inovasi, dan kedisiplinan dapat menghasilkan prestasi yang berkelanjutan. Melalui semangat berproses dan kemauan untuk terus belajar, Fikri membuktikan bahwa mahasiswa Meteorologi ITB mampu berprestasi tanpa mengabaikan tanggung jawab akademik.


