Kuliah Lapangan Program Studi Meteorologi ITB 2024 : Mengungkap Fenomena Angin Darat dan Laut di Tanjung Lesung
Oleh : Mahasiswa Peserta Kuliah Lapangan 2024
Editor : Mely Anggrini (Meteorologi, 2022)

Apakah kamu tahu apa yang menyebabkan angin bergerak? Pernahkah kamu merasakan kehadiran angin saat pergi ke pantai? Angin apakah itu?
BANDUNG, meteo.itb.ac.id – Baru-baru ini, Program Studi Meteorologi ITB melaksanakan kuliah lapangan pada tanggal 3-10 Agustus 2024 bertempat di Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten. Kuliah lapangan ini bertujuan untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam mengoperasikan alat observasi lapangan meteorologi dan menganalisis kondisi angin di sekitar lepas pantai Tanjung Lesung. Data diperoleh dari pengamatan di empat lokasi (site) yang tersebar di area observasi. Keempat lokasi tersebut berada tidak jauh dari pesisir pantai, yang harapannya dapat menangkap fenomena angin darat dan angin laut yang ada di lokasi pengamatan.
Lalu, apa itu angin darat dan angin laut?
Angin darat dan laut merupakan sistem angin lokal dengan pola berbeda antara siang dan malam. Keduanya terjadi karena ada perbedaan pemanasan antara permukaan laut dan daratan yang berada di pesisir pantai.
Mengapa perbedaan pemanasan ini bisa terjadi?
Kita harus mengetahui bahwa laut memiliki kapasitas panas yang jauh lebih tinggi dibandingkan daratan. Pada siang hari, laut mengalami pemanasan yang lebih lambat dibandingkan daratan, hingga menyebabkan suhu daratan lebih tinggi. Perlu diketahui bahwa tekanan berbanding terbalik dengan suhu. Suhu yang tinggi di daratan menyebabkan terbentuknya area bertekanan rendah di daratan, sementara laut memiliki tekanan yang lebih tinggi. Perbedaan tekanan ini menyebabkan udara mengalir dari laut ke daratan, yang dikenal sebagai angin laut. Sebaliknya, pada malam hari, laut mengalami pendinginan lebih lambat daripada daratan. Suhu lebih tinggi di laut menciptakan tekanan rendah di atasnya, sedangkan daratan memiliki tekanan tinggi. Akibatnya, angin mengalir dari daratan ke laut, yang disebut angin darat.
Lantas, bagaimana pengaruh pergerakan angin darat dan laut terhadap masyarakat pesisir, khususnya di wilayah Tanjung Lesung?
Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan seringkali memanfaatkan angin darat dan angin laut sebagai pertimbangan untuk melaut. Nelayan biasanya berlayar pada malam hari dan kembali ke darat pada siang hari. Hal ini terjadi karena nelayan memanfaatkan gaya dorong yang dihasilkan angin darat dan angin laut.
Pada malam hari, layar akan didorong oleh hembusan angin darat menuju laut, sedangkan pada siang hari, angin laut membantu layar nelayan untuk kembali ke pesisir pantai. Oleh karena itu, pengetahuan tentang angin darat dan angin laut sudah dikenal sejak abad ke-16 untuk membantu keseharian pelaut pribumi.
Lalu bagaimana aktivitas angin darat dan angin laut di wilayah Tanjung Lesung?
Sebelum membahas angin darat dan angin laut lebih lanjut, mari kita tinjau terlebih dahulu beberapa parameter cuaca, seperti tekanan, temperatur, dan kelembapan di wilayah pengamatan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengamatan, tekanan udara di keempat lokasi memiliki pola yang serupa, yaitu mengalami kenaikan pada pagi dan malam hari lalu mengalami penurunan pada dini hari dan sore hari.
Selanjutnya, bagaimana dengan temperatur dan kelembapan relatif di lokasi pengamatan?
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa pada saat tidak ada penyinaran matahari, keempat lokasi memiliki rata-rata temperatur yang bernilai sekitar 26°C. Saat matahari terbit, temperatur meningkat secara perlahan dari nilai rata-ratanya hingga mencapai maksimum 36°C pada tengah hari, lalu lama kelamaan temperaturnya menurun hingga mencapai nilai rata-ratanya kembali saat matahari terbenam.
Keempat lokasi pengamatan menunjukkan kelembapan relatif (RH) rata-rata sekitar ±80%. Berbanding terbalik dengan pola temperatur, nilai kelembapan relatif (RH) menunjukkan penurunan saat matahari terbit hingga mencapai nilai minimumnya sekitar 60% pada tengah hari dan perlahan mengalami peningkatan sampai kembali ke nilai rata-ratanya saat matahari bergerak menuju terbenam.
Berdasarkan pembahasan variabel cuaca sebelumnya, dapat diasumsikan bahwa angin laut terjadi pada siang hari di wilayah Tanjung Lesung, disebabkan oleh penurunan tekanan udara dan peningkatan temperatur hingga mencapai maksimum pada waktu tersebut. Sementara itu, angin darat cenderung terjadi pada waktu selain pada siang hari.
Namun, apakah asumsi terkait aktivitas angin darat dan angin laut di wilayah Tanjung Lesung tersebut benar?
Agar lebih mudah dipahami, mari kita lihat beberapa gambar berikut.


Gambar-gambar di atas menunjukkan nilai rata-rata kecepatan dan arah angin dari semua lokasi selama dilakukan pengamatan. Dapat kita lihat bahwa nilai kecepatan angin cukup beragam di keempat lokasi, dengan rentang nilai 2,1 m/s hingga 8,8 m/s. Berdasarkan gambar tersebut pun kita dapat melihat rata-rata arah datangnya angin di keempat lokasi pengamatan yang berasal dari arah timur tenggara, tenggara, dan selatan tenggara.
Jika melihat lagi gambar peta lokasi pengamatan sebelumnya (Gambar 1), kita dapat mengetahui bahwa angin tersebut arah datangnya bukan dari lautan, melainkan dari daratan di sekitar lokasi pengamatan yang menandakan aktivitas angin darat yang lebih kuat dibandingkan dengan angin laut.
Apa yang menyebabkan angin dari daratan lebih kuat dibandingkan angin dari lautan?
Penyebabnya bisa jadi akibat dominasi angin background Monsun Australia. Berdasarkan penjelasan dari BMKG, angin background Monsun Australia adalah angin musiman yang bertiup dari arah timur (Australia) menuju barat (Asia) dan memiliki pengaruh yang lebih kuat dibandingkan angin lokal, seperti angin laut dan angin darat. Jadi, hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa angin yang dominan berasal dari arah daratan, yang dapat diindikasikan sebagai angin darat atau angin background akibat fenomena Monsun Australia.
Lalu apakah asumsi mengenai aktivitas angin laut di awal salah?
Jawabannya tidak juga. Mengapa bisa? Mari kita lihat kembali gambar berikut.


Gambar di atas menunjukkan besar kecepatan dan arah angin di semua lokasi pengamatan pada tanggal 6 Agustus 2024 pukul 12.00 – 15.00 WIB. Berdasarkan gambar tersebut, dapat kita lihat bahwa terdapat angin yang cukup lemah (kecepatannya sekitar 0,5 – 3,6 m/s) yang sebagian besar berasal dari arah selatan hingga barat. Di dua lokasi pengamatan yang terletak di Pos Pengamatan TNI AL dan Lapangan Kertamukti, dapat dilihat bahwa wilayah tersebut didominasi oleh angin yang berasal dari barat, yang dapat diindikasikan sebagai fenomena angin laut atau sea breeze.
Jadi, apakah kegiatan kuliah lapangan ini berhasil membuktikan keberadaan angin darat dan angin laut di wilayah Tanjung Lesung?
Ya, berdasarkan pembahasan di atas, aktivitas angin darat dan angin laut di wilayah Tanjung Lesung dapat dibuktikan. Dengan demikian, hasil pengamatan kuliah lapangan ini tidak hanya berhasil membuktikan keberadaan angin darat dan angin laut di Tanjung Lesung, tetapi juga menunjukkan bagaimana kondisi geografis dan atmosfer setempat memengaruhi dinamika pergerakan angin.